Personal Branding – Pernahkah Anda merasa bahwa karir teman Anda lebih cemerlang dibanding Anda padahal Ia memiliki kemampuan, kinerja, bahkan pengalaman yang sama? Atau sebaliknya, Anda mengenal seorang teman yang sangat cerdas dan memiliki kemampuan yang sangat mumpuni di bidangnya namun karirnya tidak secemerlang Anda yang menurut Anda sendiri sebenarnya memiliki kinerja yang biasa-biasa saja?
Dengan mengesampingkan faktor kolusi, nepotisme, like and dislike yang tidak fair di kantor, kedua kasus di atas bisa jadi memang disebabkan oleh faktor lain di luar faktor kinerja dan kompetensi. Faktor ini mungkin tidak dapat terukur langsung di lembar-lembar penilaian kinerja dan kondite, tetapi memiliki pengaruh yang besar dalam kemajuan karir Anda. Apakah faktor yang dimaksud?
Ya, faktor kemasan Anda. Adagium lama “don’t judge a book by it’s cover”, seringkali tidak sepenuhnya berlaku di dunia profesional (kerja). Dua orang dengan kualitas, kompetensi, dan kinerja yang sama bisa jadi perbedaan nasibnya ditentukan oleh faktor bungkus luar mereka. Sangat bisa dimaklumi bila seorang manajer yang memiliki dua orang anak buah dengan pengalaman dan kompetensi yang sama, lebih memilih bawahan yang nampak lebih percaya diri dan meyakinkan untuk dipromosikan sebagai kepala seksi. Seorang direksi yang butuh senior manager baru untuk mengisi jabatan yang baru saja kosong akan lebih memilih manager yang lebih memiliki sikap dan attitude yang baik dibanding manager yang terkenal brilian namun seringkali bermasalah dengan departemen lain.
Yak, attitude matters. Personal image matters. Inilah yang kemudian memunculkan banyak bahasan di berbagai tempat mengenai personal branding. Bagaimana seseorang ingin dikenal, dikenang, dan dipersepsi oleh orang lain dengan kuat dan baik, inilah sederhananya yang dimaksud dengan personal branding. Sebagaimana berbagai merek produk yang telah memiliki citra produk yang sangat kuat pada konsumennya, individu yang ingin mengembangkan karir profesionalnya pun perlu untuk mengembangkan personal brand nya untuk dapat memiliki nilai keunggulan dan “daya jual” yang kuat.
Lalu, bagaimanakah kita dapat mengembangkan personel brand kita sendiri agar kita memiliki citra kuat dan positif dimata orang lain dalam dunia profesional kita? Uraian berikutnya akan membahas langkah demi langkah yang dapat ditempuh untuk mewujudkan hal tersebut.
- Bangun Kompetensi dan Reputasi
Sekali lagi, asumsi kita di sini adalah membangun kemasan yang baik dan menarik untuk produk yang memang bagus dan berkualitas. Mari berhenti untuk berharap karir kita akan cemerlang hanya dengan mengandalkan bungkus dan kulit yang menarik saja. Bungkus dan kulit relatif bisa lebih mudah dibangun, namun tanpa isi yang bermutu tinggi, mereka tidak bertahan lama. Untuk itu, langkah pertama yang harus kita lakukan untuk membangun personal brand yang positif adalah dengan membangun kompetensi kita.
Kita harus terus memiliki keinginan untuk mengasah dan meningkatkan dimensi pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills) dan kemampuan (ability) yang ada pada diri kita, sesuai dengan bidang masing-masing. Aspek-aspek knowledge-skills-ability inilah yang umumnya menjadi alat ukur utuk mengetahui seberapa besar kompetensi yang dimiliki seseorang.
Berada pada level apapun Anda, Anda harus memiliki growth mindset, yaitu aspirasi dan keinginan untuk terus tumbuh dan berkembang untuk dapat terus mengembangkan ketiga aspek ini. Dengan menjadi pribadi yang memiliki kompetensi yang tinggi , langkah berikutnya yaitu menyiapkan kemasan yang menarik, menjadi relatif lebih ringan. Bukankah menjual produk yang kualitasnya bagus jauh lebih mudah dengan menjual produk abal-abal?
Penguasaan Anda terhadap suatu bidang sudah dapat menjadikan Anda memiliki brand tersendiri. Inilah yang sering dikenal dengan reputasi. Bangun reputasi Anda dengan menjadi master di bidang yang Anada geluti. Jika menurut Malcolm Gladwell 10.000 jam berlatih di bidang Anda akan menjadikan Anda ahli, coba lampaui angka tersebut. Ini akan menjadikan Anda “komoditi” yang hot dan diburu konsumen, bahkan sebelum Anda memilki kemasan yang menawan. Terlebih lagi nantinya setelah Anda memberikan final touch yang membungkus kualitas Anda yang istimewa ini. Daya pikat anda sebagai “komoditi”/brand tentu saja akan menigkat berkali lipat.
- Bangun Citra Diri Positif
Langkah berikutnya adalah membentuk dan mendesign kemasan Anda. Setidaknya terdapat tiga komponen yang dapat menentukan baik buruknya citra diri atau “kemasan” Anda dalam dunia profesional. Ketiga hal tersebut adalah Sikap, Penampilan dan Social media Image Anda. Ketiga komponen tersebut dapat menjadi media untuk membangun brand image yang kuat dan menjual pada diri Anda, atau sebaliknya ketiganya dapat membuat Anda tidak dilirik dan membuat Anda kehilangan kesempatan-kesempatan emas.
Sikap/Attitude. Sebagus apapun kualitas di dalam diri Anda, bisa jadi nama anda akan menjadi prioritas terakhir apabila anda mamiliki reputasi yang buruk dalam hal berhubungan dan memperlakukan orang lain. Bagaimana kita berinteraksi dengan atasan, bekerjasama dengan rekan dan memeperlakukan bawahan akan menjadi elemen yang mencolok dalam “kemasan” Anda. Elemen ini bisa menjadi elemen penentu apakah mereka akan “membeli” Anda atau tidak. Action speaks louder than words hendaknya dapat menjadi pengingat bagi Anda bahwa sebaik apapun kata-kata kita, setinggi apapun pengetahuan kita namun perbatan kitalah yang akan lebih dijadikan objek penilaian. Sebagai pengingat, cara paling mudah melihat attitude kita yang sebenarnya adalah dengan melihat cara kita memperlakukan mereka yang tidak bisa menentukan nasib kita. Jika kita akan menilai sikap seseorang, akan lebih akurat jika kita menilai sikap yang ditunjukkan orang tersebut kepada office boy kantor dibanding sikap yang ditunjukkan kepada atasannya. Selain itu, Anda juga harus terus menerus mengembangkan sikap positif, seperti percaya diri, ringan tangan dalam membantu, dan tanggungjawab.
Penampilan. “Pakaianmu memuliakanmu sebelum dudukmu, Ilmumu memuliakanmu setelah dudukmu”. Terjemah dari sebuah ungkapan arab tersebut dengan sangat tepat menggambarkan pentingnya faktor penampilan luar pada dimensi individual. Sebaik apapun kualitas dalam diri kita belum akan terlihat ketika kita belum memiliki kesempatan untuk menunjukkannya, namun, pakaian dan pembawaan diri kita sudah bisa langsung berbicara dan menyampaikan pesan pada orang lain. Kualitas diri kita yang sudah terbangun dengan baik hendaknya juga kita bungkus dengan penampilan yang menawan, setidaknya meyakinkan. Dalam berpenampilan di kantor misalnya. Selalu pastikan pakaian yang kita kenakan rapi, bersih, dan sesuai aturan yang ditetapkan. Ini adalah dasar dari penampilan profesional. Selanjutnya, anda bisa menambahkan unsur estetika disana. Memang tidak semua orang dianugerahi sense of art yang sama, namun setidaknya kita mengetahui pengetahuan dasar semisal mengenai warna-warna apa yang sebaiknya dipadukan dan yang sebaiknya tidak.
Melalui penampilan, Anda bisa membangun brand image yang kuat di kantor, misalnya Anda ingin selalu dikenal sebagai kolektor batik yang indah, atau wanita dengan dress yang selalu menawan, atau dikenal sebagai miss jilbab dan gamis yang selalu matching, dst. Sebutan-sebutan tersebut adalah contoh suatu brand tersendiri yang telah terbentuk. Anda dapat membangun brand melalui sarana ini. Hal ini nampaknya sepele, namun siapa tahu, penampilanlah yang akan menjadi faktor pembeda dalam kehidupan profesional Anda.
Social Media Image. Aspek ini menjadi faktor yang mulai diperhitungkan dalam dekade belakangan ini, seiring dengan semakin dominannya peran teknologi informasi dalam kehidupan kita. Perilaku individu di media sosial belakangan sering dijadikan tolok ukur penilaian kualitas individu. Bahkan sudah mulai banyak perusahaan mengambil keputusan lanjut atau tidak dalam rekrutmen berdasarkan jejak digital kandidat mereka di media sosial. Mempertimbangkan hal di atas sudah sepatutnya Anda mulai meninjau kembali citra digital anda di media sosial. Seperti apakah perilaku kita selama ini dalam bermedsos? Apakah timeline Twitter kita hanya dipenuhi oleh curhatan pribadi dan keluh kesah tiada akhir terhadap semua hal? Atau halaman Facebook kita hanya berisi forward-an pesan-pesan bernada kebencian dan kabar yang tidak jelas kebenarannya? Bagaimana kualitas postingan di blog pribadi Anda? dan seterusnya.
Dapat dipahami jika dimensi ini menjadi petimbangan karena belakangan dirasa semakin banyak orang yang nampaknya bersikap baik, penurut, dan sopan, di dunia nyata ternyata perilakunya sangat liar dan petantang-petenteng di sosial media. Tentu sangat disayangkan apabila media sosial kita justru menjadi jebakan yang merugikan kita sendiri padahal semestinya ia dapat digunakan untuk membangun dan memperkuat citra positif kita. Untuk itu penting bagi siapapun yang ingin membangun personal brand nya untuk juga tidak lupa membangun image posistifnya di dunia maya melalui perilaku bersosial media yang bijak.
Kualitas diri yang sudah bagus sudah selayaknya dibungkus dengan kemasan yang bagus pula agar dapat lebih menarik dan meningkatkan daya saing. Begitu pula dengan kita sebagai profesional dibidangnya. Setelah meningkatkan kualitas isi, kita perlu untuk mempercantik “kemasan” dengan sikap, penampilan, dan citra diri di sosial media yang baik. Sebagai individu seperti apa kita ingin dikenal, seperti itulah yang harus kita wujudkan dalam ketiga media pembentuk personal brand kita tersebut. {ltp}
Personal Branding oleh : Luqman Tifa Perwira